Renungkanlah, Kawan...
Tanggal
27 april 2014, saya membuat tulisan ini. Saya tiba-tiba terbayang rasa takut
yang besar. Tiba-tiba saja saya membayangkan apa jadinya jika ruh saya dicabut
dari badan saya? Saya masih banyak salah, belum berbenah diri, masih suka
menjahili orang, ya belum sempurnalah intinya. Akhirnya, untuk menenangkan
pikiran, saya menulis ini. Rencananya mau di post bulan mei.
Pernahkah
kalian bercita-cita? Apa cita-cita kalian? Menjadi orang besar? Terkenal?
Sukses? Makmur? Atau menjadi seorang penemu? Professor? Sosialis yang
bijaksana? Andai semua itu terwujud, tentu kamu merasa senang bukan?
Mendapatkan gelar, titel, nama yang dibanggakan baik itu dikeluargamu maupun
dimasyarakat. Namun, pernahkah kita memikirkan untuk apa sebenarnya hidup kita
yang sebenarnya? Berkarya? Tentu. sebagian besar orang pasti akan menjawab
seperti itu. Tapi ada satu hal lagi. Yakin, umur yang dikasih Allah untuk kita
panjang?
Kamu
tahu berapa tinggi gunung? Betapa besar gunung-gunung itu. tiada ketara jauh
dibandingkan manusia. Kamu tahu seberapa luas dan dalam lautan? Badanmu saja
jauh lebih kecil bahkan “Anstrom” kalau dibandingkan lebar lautan. Matahari
yang menghangatkan bumi, siapa yang menciptakan? Manusia dengan ilmunya mungkin
mampu mengukur tinggi gunung, kecepatan cahaya, tapi apakah manusia tahu,
tentang kapan ia meninggal? Kapan ia sakit? Kapan ia sehat? Kapan ia mendapat
musibah? akal manusia ada batasannya. Manusia itu ibarat kuman di suatu
lingkungan. Kecil... masihkah kita berbangga diri dengan tubuh ini?
Pernahkah
terpikirkan oleh kalian, apa jadinya kalau detik ini nyawa kalian dicabut oleh
sang Maha Pencipta, Allah SWT? Tak ada rasa. Mati, kaku, dingin. Seperti tidur
yang tak akan pernah bangun lagikah? Tubuh kalian seketika tak berfungsi.
Denyut nadi kalian tak terdengar. Tak dapat lagi kalian menghirup udara seperti
sedia kala. Sendirian. Darah tak lagi mengalir ke sekujur tubuh. Mata yang tak
lagi dapat melihat. Mulut yang kelu, saat sakaratul maut. Dapatkah nantinya
kita dapat berbicara “laailaahaillallaah”? lalu tubuh kaku ini dimandikan.
Perlahan, apakah kita akan merasakan sakit? Apakah orang-orang yang bertakziah
akan menangisi kita? Atau tertawakah? Atau malah membicarakan kejelekan dan
keburukan kita? Apakah masih ada saudara kita yang punya dendam dihatinya pada
kita? Apakah orang yang kita hutangi masih menagih hutangnya pada kita? Apakah
banyak orang yang menshalati kita? Atau justru sedikitkah? Apakah harta benda
yang kita punya itu halal? Apakah kita pernah menyakiti hati orang tua kita?
Apakah kita akan tenang di alam sana?
Lalu
tubuh ini dibungkus kain putih, dishalati, dan diantar dengan keranda. Tidak
ada lagi mobil, tidak ada lagi model baru dari baju-baju. Tidak ada perhiasan,
Tidak ada lagi make up yang menghiasi wajah, tidak ada lagi sepatu yang
melindungi kita dari dinginnya udara. Tidak, yang ada hanya balutan kain putih.
Perlahan
tubuh kaku ini dimasukkan kedalam tanah. Sempit, bau, sendirian. Tak adalagi
teman yang menemani. Hanya amalan yang ada. Apa yang terjadi? Bagaimana nasib
jasad kita? Dibawa kemana ruh kita? Ditanya apa saja oleh 2 malaikat munkar dan
nakir? Wallahualam. Hanya Allah yang tahu.
Tanggal
30 april. 2014, 19.00 WIB. Saya menerima berita, teman saya, Anis Zulaeva
meninggal dunia. Saya kaget, masih tak percaya dengan kabar itu. saya bingung, ini
beneran? Saya akhirnya cek ke teman-teman yang lainnya. Dan ternyata
jawaban teman-teman bilang “iya cit, anis meninggal.” Kenapa saya ngga
tau dari awal? Kenapa saya baru tau setelah almarhumah dikebumikan?
Ya Allah...
satu lagi pelajaran yang saya dapat hari itu, bahwa kematian tidak melihat
umur. Jika Allah SWT sudah menghendakinya, bagaimanapun caranya, pasti akan
terjadi. Ya Allah... lemes rasanya pas tau teman saya sendiri, seumuran dengan
saya, yang sama-sama lagi menunggu pengumuman kelulusan Ujian Nasional
meninggalkan saya dan teman-teman lebih dulu. Saya ngga bisa melihat beliau
untuk terakhir kalinya. Karena jenazah Almarhumah di kebumikan di pekalongan
dan saat jam 12.00 siang, sedangkan saya tau berita itu jam 19.00. Sekarang,
yang saya bisa hanya mengirimkan beliau al-fatihah untuk beliau yang terakhir
kalinya. Allahu Akbar... innalillahi wainna ilaihi rajiuun.
Komentar
Posting Komentar