Cerpen: Reuni SMA

 Masa lalu emang engga bisa dilupakan begitu saja. Apalagi kalau saat masa lalu itu datang kembali. kita bisa menyembunyikan rasa yang nampak dari gerakan kita. Tapi, tidak untuk mata... dan saat itu terjadi kedua kalinya, kuharap kau jangan kaget dengan apa yang akan terjadi, jika itu semua bertolak belakang dengan kejadian yang dulu...
Namanya Ken. Cowo keren yang selalu dipuja sama cewek-cewek cantik di SMA nya. Banyak sekali yang suka dengannya. Termasuk temanku, Dela yang sangat antusias jika ada perbincangan tentang Ken. Ia hafal dan tahu benar apa hobinya, kesukaannya, tempat dia biasa latihan sama teman-temannya. Pokoknya all about him, you can ask to her.
Ken engga ngebedain siapapun itu. Dia engga risih dengan keadaan itu saat banyak cewek yang genit dan berusaha untuk bisa ngedapetin perhatian dia. dia hanya sekedar senyum, dan jika ia kesal, ia pergi ke basecamp kami, berkumpul dan menyalin pr dariku. Aku mengenal Ken, saat dia berumur 10 tahun. Aku kenal Ken, saat ia masih dijewer di madrasah gara-gara ia telat masuk kelas. Aku kenal Ken saat dia bertingkah konyol. Dan aku kenal Ken, saat ia menjadi pemuda tampan yang disukai semua gadis. Tapi, tidak bagiku. Bagiku dia teman kecilku yang selalu mengejekku gadis gendut.
Jam menunjukkan pukul 14.00. hp ku berbunyi. Undangan Reuni SMA. Ah aku teringat pada Dela kalau ingat masa SMA. Aku segera menghubungi Dela dan Dela bilang ia akan datang saat acara berlangsung.
....acara reuni....
“Difaaaa! Gimana penampilanku sekarang?” Dela menggandeng tanganku, menunjukkan penampilannya yang sekarang. “sama, masih cantik” jawabku. Ia tersenyum malu-malu “dan masih kurus hehe” aku tertawa meninggalkannya menuju tempat minuman. “Dif, kamu kurusan” Dela mendekatiku, dan ternyata ia memperhatikanku. “Nadifa!” suara teriakan laki-laki terdengar sampe ke telinga Dela. Dela terkejut, saat ternyata yang memanggilku Ken. “Dif! Itu Ken!” ucapnya antusias. “ken?” aku menengok kebelakang. “hei Ken!” aku melambaikan tanganku. Kulihat Dela ragu untuk melambaikan tangan. Jadi ku angkat juga tangan Dela.
“waw! Ndut, kau kurus!” ucap ken padaku. Mata Dela masih melihat wajah Ken. Tatapannya masih sama seperti 3 tahun yang lalu. “oh ya? Aku kira kau akan mengejekku karena aku kurus” jawabku konyol sembari meneguk sirup yang ada di gelas. “Hai Del!” sapa Ken yang ternyata masih mengingatnya. Aku pun memberikan alasan bohong untuk meninggalkan mereka berdua agar Dela merasa senang.
“kau sudah sukses sekarang ya Del.” Ken memulai pembicaraan mereka berdua.
“kau sudah sukses dari 3 tahun yang lalu, Ken.” Dela tersenyum kecil. Mengejek Ken yang selalu dikerumuni cewek cantik dulu dan sekarang.
Ken hanya tersenyum kecil.
“aku belum sukses, kalau aku sudah sukses, mungkin aku telah mendirikan bangunan megah disini” ucap Ken merendah dan mereka berdua tertawa bersama. Aku mengintip mereka. Pasangan yang sangat serasi. Mereka pernah dekat, tapi tak pernah menyatakan apa perasaan mereka masing-masing dari mereka berdua.
Pikiran ku melambung. Saat Ken mendekati Dela dulu dan Dela sangat antusias saat berjalan dengan Ken. Ia memperhatikan segala apapun yang dibicarakan oleh Ken. Termasuk bola. Padahal, aku tahu Dela tidak mengerti bola. Tapi bersama Ken, Dela masuk kedalam dunia yang sangat berbeda, khususnya dunia laki-laki.
Aku ingat saat Ken mengajak Dela untuk pulang bareng bersamanya. Saat ken menjemputnya di gang sekolah, dan aku diminta menemaninya karena dia takut Ken hanya berbohong dan setelah itu  aku mendapat upah sebuah roti isi coklat dari Dela. Aku kadang tertawa sendiri saat mengenang kejadian itu. betapa lucunya tingkah mereka berdua. Aku menduga, mereka berdua punya perasaan yang sama. Dan aku yakin aku benar.
Pikiranku terus melayang jauh flashback ke masa lalu. Saat Ken menanyakan padaku apa kesukaan Dela. Dan tentu saja aku jawab se-detail mungkin. Aku ingin Dela senang. Dengan begitu aku juga ikut senang.
Tapi, aku ingat, bahwa ternyata Ken mendekati Dela bukan karena ia suka padanya. Itu karena Ken ingin menjodohkan Dela dengan Jay, sepupunya yang juga teman se-SMA kami. Aku kaget saat mendengar cerita Dela yang putus cinta monyetnya karena ternyata bukan Ken yang menyukainya. Tapi Jay, sepupu Ken. Kasihan Dela. Ia sangat kecewa ternyata Ken tak menyimpan rasa sedikitpun padanya.
Aku tersadar saat Beni menepukku. “hey Ben!” aku memberi salam keren kami. Ini salam keren dari 3 tahun yang lalu. Aku selalu ingin melakukannya, dan kini, aku melakukannya lagi dengan teman-temanku. Aku puas ngobrol dengan teman-temanku.
...
“kau tahu Ken? Aku selalu mengingat saat-saat kita masih dekat seperti dahulu” ucap Dela pelan.
“aku ingat saat-saat itu.” jawab Ken. Matanya masih semu memikirkan kejadian masa lalu.
“hahaha... itu hal yang romantis saat kau mengajakku pergi berdua” lanjut Dela.
“dan aku tahu, kau pasti menyukainya. Iya kan?” ucap Ken.
“iya, aku sangat menyukainya. Dan aku berharap kejadian ini akan terulang lagi” kata Dela. Matanya masih menerawang awan di atas langit.
Ken menatapnya. “aku selalu ingin kau menjadi teman dekatku” jawabnya.
Dela menengok ke arah Ken. “tak ada ruang kah meskipun sedikit saja untukku Ken?” tanya Dela. Ken hanya tersenyum. “Tentu banyak ruang untuk dirimu.” Balas Ken. Dela tersenyum dan puas dengan jawaban Ken. “tentu, aku sudah menduganya, masih banyak ruang untukku. Aku yakin dengan hal itu.” dela menjawabnya. Matanya berbinar-binar senang. “dan aku tahu kau masih mengharapkannya” ucap Ken datar dan kemudian tersenyum.
Dela menatap kembali mata Ken. “terima kasih Ken” ucapnya. “tidak, aku yang berhutang budi” jawab Ken. “tidak. Aku yang memang harus bilang terima kasih padamu” ucapnya pelan. “oke, aku menerima ucapanmu itu jika kau memaksa” ucap Ken mengacak-acak rambut Dela. “Ken, aku sangat berterima kasih karena kalau bukan kamu, aku ngga akan pernah ketemu sama Jay. Aku cinta dia, sama seperti kau mencintai Difa.” Jawab Dela tersenyum lebar. “aku sudah mengetahui itu saat pertama kali kita bertemu” ucap Ken tertawa lepas.
...
Aku datang ke tempat mereka berdua. Kubawakan mereka juice mangga kesukaan mereka berdua. Mereka benar-benar sahabat baikku. “hei Del, Ken, pasti kalian haus. Ini ambil.” Kataku menyodorkan 2 gelas pada mereka berdua. Aku tahu mereka senang bisa bertemu dan berjalan-jalan berdua lagi. Aku tahu itu benar. Tiba-tiba dari jarak yang lumayan jauh terlihat lelaki tinggi berambut ikal berkulit putih. “itu jay!” aku membisikkan ketelinga Dela. Dela tersenyum. “cepat kamu ngumpet” ucapku lagi berbisik. “tidak perlu ngumpet” jawab Dela lepas. Aku heran dengannya. Dela kan tidak suka dengan Jay. Kenapa sekarang ia malah bersikap seolah tak ada masalah dengan Jay?
“del!” ucap ku setengah memaksa. “Ssst... dari pada kamu menunjukkan hal yang ngga penting kepada ku, mending aku tunjukkan pacarku padamu.” Sahut Dela. “siapa?” aku kegirangan. Aku sudah menyangka, dari awal pasti Ken akan menembak Dela dan aku yakin itu pasti Ken. “tebak saja sendiri. Orangnya ada disini kok” Ucap Dela
Ah. Ini sudah jelas. Tidak ada orang lagi selain kami bertiga. “aku sudah menduganya! Kalian pacaran! Iya kan?” aku menunjuk ke arah Ken dan Dela. Ken dan Dela malah tertawa keras. Aku semakin bingung. Apa aku salah bicara? Aku hanya tersenyum dan menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal “hahaha... bukan Ken, tapi ini” Dela menggandeng tangan Jay. “Jay?” aku masih tak percaya dengan semua omongan ini. “iya Jay” Dela menggandeng tangan Jay dan jay tersenyum padaku juga pada Ken. “aku tinggal dulu ya ke ballroom” ucap Dela berbalik arah dan meninggalkan kami berdua dengan melambaikan tangannya.


“ken, apa yang terjadi?” jawabku setengah bingung. “aku tidak tahu Dif, yang aku tahu, aku menyukaimu.” Ucap Ken berlalu meninggalkanku...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOCIL

PENGARUH SUHU TERHADAP TANAMAN KACANG HIJAU

laporan biologi tentang Uji coba Makanan