Memanusiakan Manusia
Kita sering tertawa, tapi lupa bahwa tertawa ada batasannya.
Tertawa boleh, itu membuat hati lega, namun jangan menyakiti.
Yang lain mengatakan itu hanyalah senda gurau, tapi tidak
untuk yang menjadi objek.
Sang objek mungkin saja tidak keberatan, tapi tidak sedikit
juga menahan pilu.
Kita sering merasa cukup, tapi lupa dengan sekitar.
Sekitar memang tidak meminta tuk dilihat, tapi saya yakin
manusia punya hati.
Hati manusia itu murni, mungkin asap kehidupan yang
membuatnya menjadi hitam.
Tapi belum tentu yang hitam itu tidak baik.
Jika kau adalah pemimpin, memimpinlah dengan adil.
Adil itu susah takarannya, namun bisa dan tetap bisa
diusahakan.
Tidak bisa di estimasi atau dibuat standar, sekalipun dia
hakim yang agung.
Berikanlah kewenangan, tugas, tapi jangan lupakan haknya.
Manusiakan manusia.
Berikanlah haknya.
Bahkan orang lain pun bisa menilai apakah cukup atau tidak.
Tapi belum tentu dapat dikatakan adil.
Bahkan empati dan simpati pun tak elak tertutup tabir.
Hanya bagian dari permainan dunia dan bisnis nenek moyang.
Hati-hatilah berkata, berkatalah dengan hati.
Jangan hitamkan hati, tapi jangan membenci hitam.
Adillah pada sesama, meskipun dunia tahu tidak ada keadilan
yang hakiki.
Manusiakanlah manusia.
Maret, 2018, diatas meja, diterpa dinginnya karya yang disembunyikan
oleh manusia yang bukan seharusnya menerima reward.
Audzubillahiminassyaithonirrojim.
Komentar
Posting Komentar