curhatan malam sabtu

Menjadi seorang ketua itu sulit...

Beberapa dari kita berfikir bahwa menjadi seorang ketua itu mengagumkan dan terlihat wah... tapi kalo saya pribadi bilang tidak. Banyak yang harus dikoordinasikan dan saling komunikasi. Sedangkan saya paling kaku kalau soal komunikasi. “ngga bisa ngomong” sekalinya berbicara pasti salah arti. Kejadian ini bermula pada saat dua bulan yang lalu. Saya sudah bentuk panitianya. Setelah itu saya kasih tugas-tugas dan kewenangan mereka. Saya selalu meminta untuk menghubungi saya tentang tugasnya. Semuanya saya harus tau. Harus transparan. Satu bulan tugas ditunggu-tunggu belum ada yang masuk. Lantas saya jadi bingung. Kemana teman-teman? Sebulan terlewati dan belum ada konfirmasi untuk saya. saya kalut. Sudah sebulan dan tidak ada yang memberitahu? Akhirnya jurus anak sekolahan saya keluarkan. Saya buat acara cadangan. Jaga-jaga kalau div. Acara belum mengerjakan. Dan benar. Divisi acara belum mengerjakan. Dan... mulai saat itu saya ragu dengan teman-teman. Terlihat menyepelekan. kejadian demi kejadian pun terjadi. Acara awal kurang matang. Saya tidak bisa menyalahkan panitia. Tapi dalam hati... “please help me guys..” wkwkwk. Karena saya orang yang tidak enakan, setiap evaluasi tidak ada yang saya utarakan. Karena saya fikir mereka pasti berubah. Daaan... begitulah... awal dari kehancuran sebuah acara. Huahaha... acara kedua ada sekitar seminggu lagi. Hari pertama, kedua, teman-teman masih santai dan saya masih dengan ketakutan. Ketakutan terbesar adalah takut hal yang pertama terulang lagi di acara kedua. Saya mengadakan pertemuan dengan teman-teman. Acara sudah dibuat oleh divisi acara. Saya berkata pada teman-teman mengenai susunan acara yang sudah di buat. Dan jawaban dari teman-teman... “iya oke fix. Ngga ada yang dirubah.” Oke saya ketok palu. Tapi pada saat gladi H-1 acara, waktu acara semua berubah. Dalam hati “kenapa ngga dari awal ngomongnya? Kemarin bilang iya oke fix?” tapi lagi-lagi kata “yaudah” Cuma bisa jadi kata yaudah. Acara kedua dimulai. Muncul masalah baru. Divisi mentor tidak tahu akan adanya pembaharuan. Oke gini ceritanya. Awal mula, saya selalu bilang ke teman saya untuk kasih tau ini, itu, dan lainnya. Sampai pada suatu hari saya bilang ke teman saya ada yang lupa dan harus segera diberitahukan mengenai tugas tersebut. Teman saya bilang “kalau ada yang kurang masukin sendiri aja, ngga apa-apa kok” dan tanpa pikir panjang saya ikuti saran itu dan akhirnya saya masukkan tugas yang lupa tadi. Tapi... begitulah saat pembaharuan terjadi... semua menjadi negara api. Dari pihak saya tidak memberitahu mengenai perubahan, karena difikir perubahan yang terjadi pasti selalu dipantau. Ternyata tidak. Dan keluhan demi keluhan sampai ke saya. dari mulai yang A sampai yang Z. Pembelaan diri tidak ada gunanya. Maksud hati ingin menyampaikan kata “ini” tapi yang tersampaikan lain. Kurang komunikasi. Kurang koordinasi. Pribadi pun akhirnya meminta maaf. Dari segi ini seharusnya kedua belah pihak saling mengerti, tapi ternyata katanya saya belum mengerti. Masalah satu, selesai. Saya fikir tidak akan diungkit kembali. Namun ternyata... masih diungkit. Terkadang saya mau banyak cerita kepada mereka. Tapi... yasudahlah.. wkwk. Acara berjalan lancar. Meskipun saya tahu masih banyak kekurangannya. Baik dalam diri atau dari teman-teman. Tapi saya selalu applause dan appreciate sama mereka. Masalah mekanisme lainnya banyak.. dari mulai rapat yang jangan banyak-banyak... sampai “cit, aku mau libur...” yang membuat pusing lainnya adalah saya tidak bisa berbicara dengan baik dan benar. Sehingga orang tidak mengerti apa yang saya bicarakan. Ya.. sejujurnya saya adalah orang idealis yang menjunjung paham liberalisme. Wkwkwk. Saya lebih asik sendiri dibanding harus berbaur dan berkomunikasi. Mungkin ini pelajaran dari tuhan untuk saya. sebenarnya banyak hal dan unek-unek yang ingin saya sampaikan. Tapi lagi-lagi saya hanya bisa diam dan berkata “yasudahlah...” dalam hati banyak hal yang ingin saya utarakan. Mencoba mengerti 26 anak tidaklah mudah. Saya yakin dari acara pertama hingga acara kedua banyak sekali unek-unek yang belum saya dengar. Tapi sekali lagi terima kasih buat teman-teman yang sudah transparan dengan saya. acara yang ketiga pun dimulai... dan terjadi lagi... kisah lama yang terulang kembali... divisi kedisiplinan menurut pandangan saya terlalu keras namun tidak menurut pandangan yang lain. Saya coba untuk menegur, tapi jadi saya yang ditegur balik 😂 yasudah.. wkwk. Hal yang saya pelajari adalah tidak semua orang memiliki batasan dan parameter yang sama dalam menilai suatu keadaan. Kejadian itu membuat mood saya rusak. Sudah satu bulan semua dipendam. Dan masih ada kesalahan lagi yang saya buat. Duh gusti... bisa cabut nyawa sekarang ndak? Itulah stress nya menjadi ketua. Hal yang terpenting adalah koordinasi dan komunikasi. Dan saya belum bisa menerapkannya. Lain lagi dengan celetukan yang akhirnya menjadi serius dan bahkan masuk ke dalam evaluasi. Kemudian beberapa yang saya katakan saran tapi interpretasi yang lain mengatakan merubah. Kemudian rapat yang katanya selalu rapat. Kemudian acara yang selalu berubah karena satu dan lain hal. Anggaran yang setiap saat dirubah oleh bendahara. Kapan mau selesai proposalnya? Mungkin banyak hal-hal lain yang belum tersampaikan kepada saya. masih banyak hal-hal yang belum saya tahu. Koordinasi itu sangat penting. Pribadi masing orang itu berbeda. dan saya harus bisa memahami itu. tapi teman, beberapa hal saja mungkin... janganlah terlalu santai. Kerjakan tugasmu dari awal. Jangan menggunakan the power of kepepet. Buang sifat sekolahan itu. Dan pandangan subjektif nih, kepercayaan itu terlihat saat bersungguh-sungguh dan cepat dalam mengerjakan sesuatu. Satu lagi, pengambilan keputusan dan kewenangan satu divisi dan divisi lainnya berbeda. begitupula divisi dengan ketua pelaksana. Jadi, komunikasikan lagi. Mohon maaf jika dalam cerita ini banyak hati yang tersakiti. Saya sendiri pun mohon maaf apabila ada salah-salah kata. Hanya dengan tulisan saya dapat mengungkapkan apa yang ada di hati saya. saya bukan orang yang lepas tertawa dan menangis di umum. Saya tak bisa mengutarakan apa yang ingin saya utarakan. Terkadang itu yang menyiksa saya. tapi dari situ bukankah banyak pelajaran yang diambil? Terima kasih dan maaf... maaf. Tapi saya rasa kalian sudah kebal dengan kata maaf itu. balik lagi... yasudahlah... mau dikata apa lagi? hehehe. Tapi saya yakin satu hal, bagaimana pun besarnya masalah pasti seiring waktu akan terselesaikan entah bagaimana cara penerimaan dan perlakuan masing-masing individunya... karena saya yakin kita ini satu keluarga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOCIL

PENGARUH SUHU TERHADAP TANAMAN KACANG HIJAU

laporan biologi tentang Uji coba Makanan