Allah Tau Yang Terbaik Untuk Kita
Hai! wah sudah
berapa bulan ngga posting ya? hehehe. Tema yang enak
buat siang sabtu ini mungkin adalah, Allah tau yang terbaik untuk kita.
Lanjut ya, dulu,
beberapa bulan kemarin, saya benar-benar seperti orang stress. Bagaimana tidak,
dari mulai undangan, sbmptn, semua gagal. Saya putus asa. Impian saya jadi
seorang apoteker mungkin akan hilang hari ini. Hahaha (ini aneh)
Saya mengutuk diri
saya sendiri. Kenapa saya ini? Jujur, kalau tanpa malaikat tak bersayap itu (mamah-red)
yang terus semangat, mendorong saya daftar sana-daftar sini mungkin saya tidak
akan tersenyum lega saat ini. Saya di beri semangat! "ayo mba, daftar
kemanapun ada celah. ikuti prosesnya. kalau milik, pasti masuk."
Singkatnya, saya tes di salah satu sekolah tinggi A. Itu juga sekolah yang
menjanjikan. 2, 3, 6 hari saya belajar (waktu yang tersisa memang cuma seminggu
sebelum test). saat hari-H, dan soal-soal sudah dihadapan saya, saya jawab mana
yang saya bisa. 'lancar kok. inshaAllah masuk' tapi pengumuman berkata lain.
'tidak masuk' ah saya kembali stress lagi.
Kali ini, saya coba
lagi. kali ini sekolah tinggi B. Dua minggu sebelum test, saya browsing
soal-soal masuk tahun lalu untuk sekolah tinggi B. Hasilnya? NOL. Tidak ada
yang memposting atau menginformasikan soal-soal masuk tahun lalu untuk sekolah
itu. wah. Saya semakin pusing. Saya belajar apa? Mana semua materi yang
diujikan adalah materi sosial yang tidak pernah saya pelajar selama saya duduk
di bangku SMA. Pernah sih, tapi hanya kelas satu dan itu masih dalam
lingkup ‘umum’ belum sapai mendasar ke akarnya. Terlalu frustasi, akhirnya saya
kebablasan dan terus mencari. Sampai akhirnya hari H pun tiba. Mau tidak
mau, suka tidak suka, saya harus test lagi. Dan saya belum belajar apapun.
Datang di tempat
ujian, semua orang membawa buku dan soal-soal. Dalam hati ngomong
‘paraaaah... yang lain belajar apaan sih? Aku bingung mau belajar apa?!!!’
akhirnya browsing soal-soal cpns saja. Siapa tahu ada yang keluar di materi
kewarganegaraannya. Dan bel tanda test pun berbunyi, test dihari itu pun
berlangsung.
Ada lagi yang lain.
Jauh-jauh hari saya sudah belajar untuk tes di politeknik C. Saat hari H pun
tiba. Subuh, setelah sholat, mendadak perut saya sakit. Padahal saya sebelumnya
tidak makan-makanan pedas. Saya bingung karena hari ini, saya harus mengikuti
test di tempat itu. tanpa pikir panjang, saya minum obat penahan sakit perut.
Sakit perut pun segera hilang. Tapi saat test berlangsung, perut saya medadak
mules dan kembali sakit. Alhasil saya tidak bisa mengerjakan dengan konsentrasi
penuh. Yang saya pikirkan saat itu adalah ‘kapan bel tanda selesai bunyi? Butuh
toilet...’
Berikutnya, saya
coba peruntungan lain. Saya mendaftar ke politeknik D dan universitas E. Hari
pertama saya test di politeknik D. Dan besoknya saya kembali test di
universitas E. Perjuangan test di kedua tempat itu sama-sama berat. Dari cuaca
yang dingin, sampai pakai jaket double pun masih kedinginan. (karena memang
dataran tinggi) Jalan yang tidak semulus lurus jalan di cirebon
(berkelok-kelok;red) dan gedung kuliah yang banyak membuat saya sempat bingung
mencari tempat saya test. Tapi dari semua itu, toh saya tetap bisa melaksanakan
test nya hehe.
Dan pengumuman demi
pengumuman keluar. hasilnya? Hanya kata ‘maaf’ dan ‘maaf’ yang keluar. Sempat
sedih. Ini kenapa? Sebodoh itukah saya? Apa yang salah dari saya? Stress? Ya.
Sedih? Ya. Takut? Ya. Tapi bagaimana lagi, hasil pengumuman tidak bisa saya
ganti atau saya tip-ex kan? Disaat seperti itu, saya yakin, saya selalu
yakin, Allah sedang memilihkan untuk saya tempat yang baik, dengan orang-orang
sekitar yang baik pula apalagi bulan itu adalah bulan ramadhan, bulan yang
penuh rahmat dan berkah.
H-‘sekian’ lebaran.
Saya akhirnya sedikit bernafas lega. Sekolah tinggi B, politeknik C, dan
universitas E menerima saya. Huaah... senangnyaaa... tapi, saya malah jadi
bingung sendiri. “dulu, banyak ditolak sama sekolah, sekarang, giliran sudah
banyak yang menerima dan hanya satu tahap lagi yaitu daftar ulang, jadi bingung
mau diambilnya yang mana. Maunya apa sih?” Saya jadi belajar. Bahwa jalan
setiap manusia memang tidak selalu sama. Ada jalan yang singkat, panjang,
berkelok, atau bahkan jalan yang tidak mulus, tapi semua menuju ke titik yang
sama, yaitu kesuksesan. Allah tahu yang terbaik untuk kita. Allah tahu yang
kita tidak tahu. Ini pertanyaannya. Apakah kita bisa ikhlas melewati setiap hal
selama di jalan menuju sukses itu? atau kita larut dalam putus asa melihat
kesuksesan orang lain?
Pemenang adalah
orang yang selalu melihat dirinya sendiri sehingga dalam dirinya tercipta rasa
syukur atas segala nikmat yang ia peroleh, dan pecundang adalah orang yang
selalu melihat orang lain, awas jangan sampai kufur nikmat.
Nauzubillahimindzalik.
Komentar
Posting Komentar